MAKASSAR - Suasana haru sempat mewarnai ceramah sebelum sholat taraweh pada malam 27 ramadan, di Masjid Al Ikhlas Perumahan Bumi Permata Sudiang. Jumat, 29 April 2022.
Ihwal haru itu datang dari ustad yang menyampaikan materi ceramah seputar berbakti terhadap orang tua. Menurutnya kebahagiaan ibu itu bukan pada harta yang dimiliki anaknya, melainkan kasih sayang anak yang ingin selalu dekat dengan orang tua, terutama ibu.
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Allah, Menteri Agama
|
"Surga itu berada ditelapak kaki ibu, maksudnya ridha Allah itu juga dari ridha ibu, barang siapa seorang anak yang memperlakukan ibunya seperti pembantu, jangankan memasuki pintu surga mencium bau surgapun haram baginya, " ungkap Ustad Mursalin S.Ag., M.Pd sambil sesenggukan.
Dia juga mengisahkan keberhasilan anak berkat doa ibu. Betapa bahagianya seorang ibu mendengar keberhasilan anaknya dengan harta bendanya.
Hingga suatu hari anak tersebut membuat ibunya menangis, lantaran anaknya membeli seekor anjing yang kemudian ia sayangi bahkan dielus-elus layaknya manusia, sementara ibunya hanya mengharapkan belaian kasih sayang dari anaknya, tidak lebih.
"Sebagai ibu setelah anaknya sukses, ibu itu tidak pernah mendapat kasih sayang dari anaknya, " ucap Ustad Mursalin sembari menyeka air matanya menggunakan sorban yang terkalung dilehernya.
Ustad Mursalin juga membeberkan kisah anak durhaka masa kini. "Dimana ada seorang anak yang menempatkan ibunya di ruang belakang atau dapur, alasannya anak itu tidak membolehkan ibunya untuk berbaur untuk berbicara sama orang lain bahkan tetangganya, " tandasnya yang masih menitikan air mata, sontak membuat suasana haru menjalar ke para jamaah, khususnya ibu-ibu.
Ustad juga menyinggung anak yang berbakti bernama Uwais Al Qarni. Dia seorang yatim dan hanya tinggal bersama ibunya yang sudah tua.
ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. Ibunya kepingin menunaikan ibadah haji.
“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji, ” ungkap ustad mengisahkan.
Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, membeli seeokar anak sapi. Setiap pagi Uwais bolak balik menggendong anak sapi naik turun bukit.
Semakin hari anak sapi tu tumbuh semakin besar dan tenaga besar pula tenaga yang diperlukan Uwais.Tetapi karena latihan tiap hari, anak sapi yang membesar itu tak terasa lagi.
Uwais rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Ia pun menggendong ibunya sampai ke Mekkah. Sesampainya di Mekkah ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah.